Minggu, 09 November 2008

Belajar dari Kemenangan Obama

Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) telah berlalu dan memunculkan fenomena bersejarah yang memunculkan presiden dari kalangan kulit hitam pertama selama 252 tahun pemilihan presiden dan mencatatkan angka partisipasi pemilih tertinggi dalam sejarah pemilihan presiden di AS. Dialah Barack Husein Obama, seorang politikus partai Demokrat yang dengan visinya yang tajam akan pembaharuan AS dan semangatnya dalam mengajak masyarakat AS untuk perubahan yang lebih baik. Dengan usia yang relatif muda, 47 tahun, Obama telah berhasil untuk menduduki kursi AS-1 di negara adidaya tersebut. Sebuah prestasi yang patut kita apresiasi dan kita ambil pelajaran berharga dari peristiwa itu.
Bagi masyarakat Indonesia, nama Obama memiliki kenangan tersendiri secara emosional mengingat bahwa Obama pernah tinggal dan mencicipi pahit-manisnya hidup di Indonesia. Namun, apakah kita hanya bisa puas dengan fakta sejarah bahwa seorang presiden negara adidaya pernah tinggal di negeri ini? Harus ada manfaat dan pelajaran yang patut kita ambil dari seorang Obama.
Pelajaran pertama adalah Sistem kaderisasi untuk menghasilkan orang-orang baru yang mumpuni di partai-partai politik di AS berjalan sangat baik, nama Obama telah muncul di Konvensi Partai Demokrat tahun 2004, artinya memang Obama telah dipersiapkan secara intensif untuk maju dalam pilpres tahun 2008 tersebut. Berbeda dengan Indonesia yang kemungkinan besar akan menjalakan pemilihan presiden dengan “muka-muka lama” yang masih bercokol, artinya sistem kaderisasi partai politik di Indonesia tidak berjalan efektif.
Pelajaran Kedua adalah di tengah permasalahan besar yakni krisis ekonomi yang sedang menimpa AS saat ini Obama mampu datang dengan harapan baru akan perubahan. Visi dan misinya yang luar biasa bahwa AS bisa keluar dari krisis telah secara signifikan mempengaruhi konstituen AS. Lihatlah pidato Obama sesaat setelah berhasil memenangkan pemilihan presiden AS, pada saat itu Obama mengatakan Change has come to Amerika ! Sebuah kalimat yang membangkitkan kembali optimisme masyarakat setelah ditimpa resesi yang dalam. Fakta menunjukkan bahwa akibat krisis ekonomi, 240.000 lapangan kerja hilang sampai dengan bulan Oktober 2008, 651.000 orang kehilangan pekerjaannya, dan tingkat pengangguran meningkat ke level tertinggi sejak 1994, yakni 6,5%, belum lagi masalah Irak yang memakan anggaran US$ 145 miliar per tahun. Sebuah pekerjaan yang amat berat bagi seorang presiden baru.
Kalau kita tarik dalam perspektif Indonesia, nampaknya apa yang dirasakan masyarakat di AS jauh lebih dahulu dirasakan oleh masyarakat Indonesia, namun tampaknya mereka yang pernah duduk di kursi empuk negeri ini tak pernah mengakui kegagalannya dalam mengatasi persoalan bangsa ini. Peristiwa yang aneh memang, tetapi yang terjadi memanglah demikian, mengingat bahwa mayoritas konstituen bangsa ini tak seperti konstituen AS yang kritis, jeli, dan peduli akan kondisi bangsanya. Jadi, sangatlah wajar kalau pemilihan umum tahun depan akan didominasi muka lama mengingat Undang-undang Pilpres yang mengisyaratkan seorang capres harus didukung oleh 25% suara parlemen.
Akhirya, pemimpin sejati ialah pemimpin yang dilahirkan dan muncul ketika permasalahan sebuah bangsa sedang gawat, yang memang peduli dan mau berbagi penderitaan dengan rakyatnya. Kemenangan Obama telah menginspirasi dunia dan memberikan spirit khususnya bagi pemimpin Indonesia untuk membawa negeri ini melangkah lebih jauh dan mengembalikan kejayaan setelah masa transisi ini berlalu. Semoga.