Selasa, 04 Maret 2008

Infrastruktur Jalan yang kacau Balau

Ada hal menarik yang patut kita cermati ketika terjadi hujan hampir di seluruh bagian negara ini. Setiap kali hujan dapat kita lihat bahwa infrastruktur jalanan selalu rusak dan dalam kondisi yang memprihatinkan. Penyebabnya mulai dari letak geografis jalanan yang kurang mendukung sampai sistem drainase jalan yang tak pernah diurus. Kita semua harus menyadari bahwa jalan adalah akses penting dari berjalannya roda perekonomian bangsa ini. Di saat kita harus membuka akses jalan ke daerah – daerah terpencil yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, kita ternyata juga harus mengalokasikan dana perbaikan jalan yang tidak sedikit pula.

Pemerintah dalam hal ini, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto mengatakan bahwa terdapat 100 km jalan nasional dalam kondisi rusak parah, 23 km diantaranya berada di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya sedangkan 77 km berada di daerah Pantura dan Bagian Timur Sumatera. Namun, ada hal yang menarik dari pernyataan pemerintah, bahwasannya penyebab utama dari rusaknya jalan adalah karena kelebihan beban/tonase kendaraan yang sangat keterlaluan. Dahulu, sebelum adanya tindakan tegas dari pemerintah, tonase kendaraan yang melewati jalan-jalan nasional bisa mencapai lebih dari 2,5 kali lipat dari tonase sebenarnya. Namun ketika telah ada tindakan tegas dari pemerintah, kelebihan beban tersebut menurun hingga 1,5 kali lipat dari tonase seharusnya.

Bisa kita pastikan bahwa kerusakan jalan yang diakibatkan oleh kelebihan tonase kendaraan menduduki puncak penyebab utama rusaknya infrastruktur jalan.

Perbaikan Butuh Dana Besar

Proyek pembuatan infrastuktur jalan merupakan hal yang sangat rawan akan penyimpangan. Walaupun memang selama ini proyek selalu dilakukan melalui sistem tender. Penyimpangan bisa saja melalui pihak eksternal yakni pihak-pihak yang mengikuti tender maupun pihak internal yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan tender. Sebagai bukti bahwa proyek pembuatan jalan rawan penyimpangan yakni Menteri PU maupun tim dari departemen terkait telah melakukan pengecekan kualitas aspal yang digunakan untuk membuat jalan di depot Pertamina Cilacap. Kualitas aspal ketika diteliti merupakan kualitas yang baik, namun apa yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa kualitas aspal jauh di bawah standar. Wajar saja jika banyak jalan rusak sebelumnya waktunya kendati baru saja diperbaiki.

Menteri PU mengatakan bahwa untuk memperbaiki jalan yang rusak dibutuhkan dana sekitar 54 miliar rupiah. Coba kita merenung sejenak apakah pantas kita setiap tahun harus mengeluarkan dana sekian banyak hanya untuk memperbaiki jalanan yang peruntukannya selalu tidak sesuai dengan jangka waktunya.

Dalam jangka pendek pemerintah harus mempercepat perbaikan jalanan di daerah yang rusak sehingga nantinya tidak lagi terjadi kemacetan panjang pada lokasi perhubungan yang strategis. Hendaknya, kita semua juga harus mengawasi proyek pembangunan jalan sehingga tidak lagi ada kesan asal-asalan dalam pembuatannya. Transparansi proyek tender juga sepatutnya dilakukan kepada semua pihak sehingga tidak ada lagi kesan mementingkan golongan tertentu. Mengingat pembangunan infrastruktur jalan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jangan sampai hal tersebut disepelekan dan dianggap kecil.

Tidak ada komentar: