Selasa, 04 Maret 2008

RESENSI BUKU : Essays in Macroeconomic Policy: The Indonesian Experience.

KEBIJAKANyang didokumentasi baik,bisa dijadikan dasar pengelolaan makroekonomi. Kita tentunya tidak ingin terjadi lagi krisis ekonomi mendera bangsa ini.
Meroketnya harga minyak dunia hingga menyentuh 100 dolar AS dan krisis subprime mortgage di AS merupakan tantangan baru dari sisi eksternal yang perlu dicermati agar ekonomi kita tidak terpuruk dalam lobang yang sama untuk kedua kali.
Penguatan fundamental makroekonomi serta keakuratan membaca sinyal krisis dan kebijakan yang tepat merupakan “necessary condition”dalam pencegahan krisis,di mana hal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman masa lalu. Namun tidak jarang, sulitnya pembuat kebijakan mendapatkan kebijakan dan pengalaman masa lalu tersebut karena tidak terdokumentasikan secara baik.
Kita bersyukur seorang guru besar dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Miranda S Goeltom, mendokumentasikan hasil-hasil riset dan paper mengenai kebijakan makroekonomi baik sebelum dan sesudah krisis dalam suatu buku yang berjudul Essays in Macroeconomic Policy: The Indonesian Experience.
Buku dalam bahasa Inggris ini terdiri atas tujuh bagian dan 27 bab serta membahas secara populer perkembangan kinerja,permasalahan, dan kebijakan makroekonomi di Indonesia berdasarkan urutan waktu mulai dari sebelum dan pasca krisis pada 1997–1998. Buku tersebut tidak hanya membahas moneter, perbankan,dan sektor keuangan,tetapi juga cakupan yang lebih luas seperti fiskal, sektor riil, tenaga kerja, kemiskinan.
Buku ini semakin komplet lagi karena dibuat seorang akademisi sekaligus pembuat kebijakan. Dengan pengalamannya pada kedua bidang tersebut,penulis dapat menjembatani antara teori dan pengambilan putusan praktis, khususnya lagi pada masa transisi ekonomi terpimpin ke ekonomi pasar.
Koordinasi dan Pelajaran Deregulasi
Dalam buku ini, Miranda mem bahas aspek koordinasi dalam skop lebih luas.Secara sederhana dan lugas, Miranda memaparkan hubungan antarsektor ekonomi dalam konsep financial programming and policy (FPP).Kebijakan makroekonomi dalam FPP tersebut mencakup empat sektor utama dalam perencanaan kebijakan, yaitu sektor riil, sektor fiskal, sektor moneter, dan sektor eksternal.
Keempat sektor tersebut saling terkait dan efektivitas kebijakan masing-masing sektor sangat bergantung pada sektor lainnya.Ego sektoral dapat mendorong terjadinya krisis ekonomi atau setidaknya semakin merosotnya kesejahteraan rakyat. Pentingnya koordinasi antara semua sektor ekonomi baik makro dan mikro tersebut dijabarkan di bagian 1 dan 2 dalam buku ini.
Selain koordinasi antarsektor, deregulasi komprehensif ekonomi juga merupakan faktor penting dalam menjaga ketahanan ekonomi. Sebagai pengikutekonomipasar,penulis menyadari bahwa deregulasi sektor ekonomi dan keuangan dapat mendorong suatu perekonomian menjadi lebih efisien dan berdaya saing tinggi di dunia internasional.
Tetapi sebagaimana negara berkembang, Indonesia juga menghadapi permasalahan adanya distorsi ekonomi karena informasi yang tidak simetris di pasar. Dengan demikian, deregulasi ekonomi yang dilakukan juga harus sejalan dengan kondisi perekonomian suatu negara.Deregulasi sektor keuangan yang dilakukan pada 1 Juni 1983 dan Pakto 27 Oktober 1988 telah mengubah secara fundamental sektor keuangan dari sistem autorian ke mekanisme pasar.
Sebagai pembuat kebijakan yang memiliki dasar akademik yang kuat, penulis telah mengingatkan bahayanya deregulasi yang dilakukan Indonesia khususnya lagi Pakto 88. Ternyata, dugaan penulis benar setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1997– 1998. Pelajaran yang diperoleh dari krisis ekonomi pada 1997– 1998 tidak hanya dari sisi kesalahan urutan deregulasi, tetapi juga menyangkut aspek yang lebih luas.
Deregulasi sektor keuangan tanpa diimbangi dengan regulasi yang memadai, pengawasan, dan GCG yang baik ternyata juga dapat menyebabkankelemahan fundamental di tingkat mikro atau perusahaan. Tidak kuatnya fundamental ekonomi Indonesia di tingkat mikro tercermin dari lima permasalahan.
Pertama, tingginya ketergantungan pada utang luar negeri. Kedua, utang luar negeri sektor perbankan nasional mempunyai risiko tinggi dari jatuh waktu dan currency missmatch. Ketiga, Kondisi keuangan perbankan lemah karena banyaknya kredit bermasalah. Keempat, putusan pemberian kredit khususnya bank pemerintah sangat kuat dipengaruhi intervensi pemerintah atau tekanan politik atau koneksi.
Kelima, kelemahan GCG. Manajemen yang tidak sehat dan transparan mengakibatkan terjadinya inefisiensi Penguatan di sisi mikro tidak hanya penting untuk sektor keuangan sendiri, tetapi juga penting dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.Dengan kondisi dunia usaha yang sehat, fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan normal dan stabilitas keuangan dapat terjaga sehingga pada akhirnya transmisi kebijakan moneter dapat berjalan efektif.
Selanjutnya, kesinambungan pertumbuhan ekonomi dapat terjamin dan kemiskinanyangmerupakanmusuh rakyat saat ini dapat dikurangi. Uraian lengkap mengenai penguatan ekonomi pasar, fundamental ekonomi,mikroekonomi, dan sektor keuangantersebutdipaparkansecara terperinci di bagian 2, 3 dan 4 dalam buku ini.
Peranan Pendidikan
Miranda juga meyakini bahwa pendidikan merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan produktivitas dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.Pendapat tersebut didasarkan pada pemikiran teori modern ekonomi, seperti Solow Growth Model.
Dalam model tersebut dikemukakan bahwa technological progress merupakan faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.Pengalaman Jepang dalam mengejarketertinggalan ekonominya sehingga dapat menjadi negara maju ditunjang kemampuan negara tersebut menguasai pengetahuan dan teknologi. Sebagai penulis yang mempercayai pentingnya peranan pendidikan dan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan penguasaan teknologi merupakan keharusan bagi suatu negara.
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan kualitas pekerja adalah melalui peningkatan pendidikan dasar, pelatihan, dan peningkatan akses semua lapisan masyarakat melalui kebijakan pendidikan yang optimal. Buku ini kaya dengan pengalaman sehingga mampu menjembatani antara teori ekonomi dan praktik pengambilan putusan mengenai kebijakan makroekonomi di lapangan.
Dengan demikian,tidaklah mengherankan jika buku ini penting dibaca mahasiswa yang mendalami kebijakan ekonomi Indonesia dan ekonom profesional karena memiliki informasi berharga mengenai teori dan kebijakan yang terkaitdenganmakroekonomi.

Tidak ada komentar: